
Zetizen.com - Sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka dunia, Bosch jelas nggak akan memperbolehkan sembarang orang masuk kedalam pusat risetnya. Apalagi, pusat riset tersebut adalah tempat dimana semua inovasi perusahaan asal Jerman tersebut dikembangkan.
Dengan begitu, jelas kalau kunjungan Raafi Jaya Sutrisna, Alpha Zetizen of the Year 2016 ke pusat riset Bosch di kota Stuttgart, Jerman, pada 2 sampai 6 Mei lalu adalah prestasi yang luar biasa. Apalagi, ia datang setelah diundang langsung oleh jajaran direksi perusahaan tersebut. Iya, cowok asal Pati, Jawa Tengah ini emang punya prestasi yang sehebat itu!
Baca juga:
Sebuah Surat Cinta- Bagian 1
|
Berawal dari Sebuah Kompetisi
Nggak ada prestasi yang datang tanpa persaingan dan kerja keras. Begitu juga dengan apa yang dicapai Raafi. Kunjungannya ke Stuttgart tersebut punya cerita yang cukup panjang. Tepatnya, tidak lama setelah Raafi memenangkan juara di ajang Young Inventor Project Olympiad 2016 di Tsibili, Georgia. Risetnya tentang bahan komposit alternatif berbahan limbah kulit singkong saat itu ternyata menarik perhatian banyak pihak. Salah satunya, ya pihak Bosch asal Jerman. Saat itu, pihak Bosch memang mengundang Raafi untuk berkunjung ke pabrik mereka di tahun depan, tepatnya tahun 2017 ini.
Namun, ternyata perjuangan Raafi belum berhenti sampai situ. Ia harus kembali bersaing dengan dua orang pemuda inspiratif lain yang sama-sama ditantang Bosch untuk memenangkan undangan ke Stuttgart.
Raafi harus mengungah foto ke Facebook dengan caption yang menceritakan bagaimana ia ingin membawa perubahan bagi lingkungan sekitarnya. Dan dengan jumlah likes yang mencapai hampir 13 ribu, Raafi ternyata berhasil unggul telak dari dua orang saingannya. Dengan begitu, ialah yang memenangkan undangan bertajuk Bosch Young Inventors Study Trips to Stuttgart tersebut. "Sebenarnya agak nggak nyangka kalau likes yang aku dapat bisa sampai 13 ribu. Soalnya yang lain hanya sekitar 6 ribuan likes. Jadi rasanya benar-benar luar biasa," Ungkapnya.
.jpg)
Teknologi Canggih dan Laboratorium Super Lengkap
Begitu akhirnya menginjakkan kaki di Jerman, Raafi langsung diajak mengunjungi Bosch Haus Heidehof yang merupakan kediaman Robert Bosch, founder Bosch. Rumah itu merupakan kediaman terakhir Robert Bosch sebelum ia meninggal pada 1942. Sebagai pendiri perusahaan, rumah itu jadi saksi berbagai penemuan awal yang dibuat oleh Robert Bosch.
Dari Haus Heidehof, Raafi juga mengunjungi museum Mercedez Benz. Di tempat itu, ia menyaksikan berbagai teknologi Mercedes Benz sejak pertama kalai berdiri hingga jadi seperti sekarang. "Ternyata, Bosch dan Mercedez-Benz itu punya semacam kerjasama. Jadi banyak komponen Bosch yang vital banget dalam sistem mobil Mercedez," jelas Raafi.
Baca juga:
Sekolah atau Kerja? Why Not Both
|

Namun, dibanding dua tempat itu, kunjungannya di hari kedualah yang benar-benar membuat rafi super excited. Soalnya, di hari itu, ia diajak mengunjungi salah satu pusat riset Bosch terbaru dan super canggih, yakni Bosch Renningen Campus di pinggir kota Stuttgart.
Disitu, ia bertemu langsung dengan jajaran direksi, mempresentasikan penelitian dan aksinya, serta berdiskusi dengan para ilmuwan Bosch yang rata-rata udah bergelar master dan PhD. Wow! Sambil menjelajah isi gedung, Raafi dibuat terpukau dengan berbagai peralatan lab canggih yang beda banget dengan apa yang biasa ia gunakan di laboratorium kampusnya.
"Sebenarnya fungsi alat-alat disini nggak beda jauh dengan yang di kampusku. cuma, peralatan disini semuanya baru dan jauh lebih canggih. Jadi aku udah mengira-ngira nih seandainya suatu saat bisa benar-benar meneruskan risetku di sini," Ujar Raafi bersemangat. Jadi ternyata, pihak Bosch mengatakan kalau seandainya riset yang Raafi kerjakan emang punya dampak ekonomi dan industri yang besar, kemungkinan besar, Raafi bisa bekerja dan melanjutkan penelitiannya di Bosch. Asik banget kan?