
Zetizen.com – Suka sama suatu film? Berterima kasih dulu sama para kru di balik layar, khususnya sutradara. Soalnya, mulai dari membimbing teknisi, pemain, sampai mengatur gerak kamera dilakukan olehnya. Nah, di dunia film pendek, ada nama Jason Iskandar yang cukup dikenal loh. Kenapa sih dia memilih jalur short film? Yuk, simak ceritanya! (dhs/rat)
Gimana sih awal mula kak Jason terjun ke industri film?
Sebenarnya, aku nggak ada pikiran jadi filmmaker. Dulu, aku lebih suka fotografi sama desain grafis. Lama-lama, aku merasa kedua medium itu terlalu sempit, medianya terbatas. Nah, pada 2007, aku ikut salah satu workshop film dokumenter yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta. Dari situ aku mulai jatuh cinta sama sinema. Aku merasa inilah panggung yang tepat buatku karena bisa leluasa berekspresi.
Kenapa kok lebih memilih bikin film pendek?
Hmmm... Gimana ya. Film pendek itu unik. Pertama, durasinya yang pendek itu bikin isinya lebih padat. Sangat to the point dan gak bertele-tele. So, perhitungan pas bikinnya juga harus jitu dan itu jadi challenge tersendiri buatku. Kedua, sebagian besar film pendek nggak dibikin untuk kepentingan industri. Jadi, logika mengembalikan modal hampir nggak ada. Selain itu, dalam film pendek kita bisa melihat eksplorasi-eksplorasi yang unik, nakal, jujur, dan berani.
Oh, jadi lebih menantang ya. Kalau inspirasinya dapat dari mana?
Macam-macam sih. Tapi, mostly dari pengalaman pribadi dan gosip jalanan yang aku dengar dari orang lain. Aku udah bikin beberapa film pendek yang kebanyakan diputar di beberapa festival film, baik dalam maupun luar negeri. Masing-masing film punya cerita dan ketertarikan atas isu yang berbeda. Tapi, pada dasarnya, aku bikin film buat mencatat dan menciptakan momen.