
“Don’t count the days. Make the day counts” – Muhammad Ali (1942 – 2016)
Zetizen.com – Rest in peace Muhammad Ali. Setelah sempat dirawat karena gangguan pernafasan, legenda tinju kelas berat dunia tersebut akhirnya tutup usia. Petinju ikonik yang dijuluki ‘the greatest of all time’ tersebut wafat pada usia 74 tahun di salah satu rumah sakit di negara bagian Phoenix, Amerika Serikat.
Kepergian Ali tersebut membawa rasa duka yang menjalar ke seluruh penjuru dunia. Jutaan ucapan belasungkawa mengalir lewat berbagai macam media bagi sang legenda. Namun, sebenarnya sehebat apa sih Muhammad Ali itu? Well, karena kemungkinan besar kamu yang baca ini emang belum lahir di zaman keemasan sang legenda, tim Zetizen bakal bikin sedikit ringkasan tentang kenapa belum pernah, dan mungkin tidak akan ada yang pernah lebih hebat dari Muhammad Ali. (giv)
‘Anak Ajaib’ yang Mengalahkan Juara Bertahan Heavyweight

Dalam tinju kelas berat tahun 60 an, nama Sonny Liston terkenal sebagai sosok menyeramkan yang tak pernah kalah. Jelas saja publik terkejut ketika pada tahun 1964, Ali yang saat itu baru berumur 22 tahun dan masih ‘underdog’ berhasil mengalahkan Liston hanya dalam 6 ronde. Sejak saat itu, nama Ali langsung melejit dalam dunia tinju. Tahun tahun sesudahnya, hampir seluruh mantan juara heavyweight berhasil dikalahkan dan semakin melambungkan namanya.
Menentang Wajib Militer saat Perang Vietnam
Di antara tahun 1967 hingga 1970, Secara mengejutkan, Gelar juara Ali dicabut dan dirinya dilarang mengikuti kompetisi tinju apapun oleh pemerintah Amerika Serikat. Gara garanya, ia menolak ikut wajib militer untuk menjadi prajurit perang Amerika Serikat di Vietnam. Secara tegas ia mengatakan, “Aku tidak pernah punya masalah dengan Vietcong (Tentara Vietnam)” sebagai bentuk penolakannya. Hal itu memicu gelombang pergerakan dan kesadaran baru tentang rasisme yang akhirnya semakin mengangkat namanya. Larangan dan sanksi atas dirinya akhirnya dicabut pada tahun 1970, dan dirinya kembali aktif dalam dunia tinju.
Pertarungan Bersejarah dan Juara Heavyweight pertama dengan Triple Title

Ali adalah petinju heavyweight terhebat dalam sejarah. Ia merupakan orang pertama yang berhasil mendapatkan 3 gelar juara dunia heavyweight pertama. Ia mengalahkan seluruh penantang yang datang padanya. Ia juga menyajikan berbagai pertarungan bersejarah dan ikonik seperti pertarungannya mengalahkan George Foreman di ‘Rumble in the Jungle’, dan pertarungan hidup matinya mengalahkan dan merebut juara dari petinju ‘paling tak terkalahkan’ dunia, Joe Frazier di laga ‘Thrilla in Manila’ yang berlangsung 14 ronde. Tidak ada atlet lain dalam sejarah dunia tinju yang berhasil menyamai prestasinya.
Super-Confident, Karismatik, dan penuh Empati

Sebagian besar orang mengenal Ali emang lewat karirnya di dunia Tinju. Namun, pengaruhnya yang hingga kini terasa tak hanya berasal dari itu. Sejak pengasingannya dari dunia tinju saat menolak perang, secara tak langsung, ia menyebarkan semangat anti perang dan rasisme ke publik dunia. Setelah terdiagnosa Parkinson di tahun 1984, ia aktif menggalang dana bagi penderita Parkinson. Ia juga berkali kali dikirim sebagai duta perdamaian, dan negosiator ke berbagai konflik di timur tengah. Sikapnya yang lancang namun pintar selalu berkesan dan meninggalkan banyak quote bersejarah yang hingga saat ini masih dikenang.