
Zetizen - Sikap ingin menyenangkan orang lain memang baik, tetapi jika berlebihan, bisa merugikan diri sendiri. Banyak orang tidak menyadari bahwa menjadi people pleaser berlebihan dapat menguras energi, menyebabkan stres, bahkan menghambat perkembangan pribadi.
Untuk itu, penting memahami apa itu people pleaser, dampak negatifnya, dan bagaimana mengatasi kebiasaan ini agar hidup lebih seimbang.
Apa Itu People Pleaser?
People pleaser adalah seseorang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan dengan mengorbankan kebahagiaan, waktu, dan kebutuhannya sendiri. Orang dengan sifat ini sering kali merasa tidak nyaman jika menolak permintaan orang lain, karena takut dianggap egois atau tidak peduli.
Meskipun memiliki sifat baik dan perhatian terhadap orang lain itu penting, menjadi people pleaser berlebihan bisa berbahaya. Tanpa disadari, seseorang bisa kehilangan kendali atas kehidupannya sendiri dan selalu bergantung pada validasi eksternal.
Dampak Negatif People Pleaser Berlebihan
Menjadi people pleaser yang berlebihan bukan hanya sekadar kebiasaan untuk menyenangkan orang lain, tetapi juga dapat memberikan konsekuensi negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan individu. Kebiasaan ini dapat menguras energi, menghambat perkembangan diri, dan bahkan memengaruhi kesehatan mental serta emosional secara keseluruhan.
Jika dibiarkan terus-menerus, seseorang yang selalu berusaha memenuhi harapan orang lain tanpa mempertimbangkan kebutuhan pribadinya dapat mengalami berbagai dampak buruk, seperti meningkatnya stres, perasaan tidak berharga, hingga kehilangan kendali atas kehidupannya sendiri. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat kebiasaan people pleaser yang berlebihan:
1.Stres dan kelelahan mental
Ketika seseorang terlalu sering mengutamakan kepentingan orang lain tanpa memperhatikan batasan diri, hal ini dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan dan kelelahan mental. Beban untuk selalu menyenangkan orang lain bisa membuat seseorang merasa terbebani secara emosional, terutama jika ia terus-menerus mengorbankan waktu, energi, dan kebutuhannya sendiri.
2.Rendahnya rasa percaya diri
Ketika seseorang terlalu bergantung pada validasi dari orang lain, ia cenderung meragukan kemampuan dan keputusan dirinya sendiri. Ketidakmampuan untuk bersikap mandiri dalam mengambil keputusan dapat membuat seseorang merasa tidak cukup baik atau tidak berharga tanpa persetujuan dari orang lain. Akibatnya, ia menjadi ragu-ragu, takut gagal, dan sulit berkembang secara pribadi maupun profesional.
3.Kesulitan berkata “tidak”
Rasa takut mengecewakan orang lain sering kali membuat seseorang sulit menolak permintaan, bahkan jika itu bertentangan dengan keinginannya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung menerima tugas atau tanggung jawab yang tidak diinginkan, meskipun hal tersebut dapat membebani diri mereka secara fisik maupun emosional.
4.Kurangnya batasan diri
Tanpa batasan yang jelas, seseorang berisiko dimanfaatkan oleh orang lain yang mungkin melihat kebaikannya sebagai sesuatu yang bisa dieksploitasi. Akibatnya, ia sering merasa terbebani dengan permintaan yang tidak berkesudahan, bahkan dalam situasi yang seharusnya bisa ditolak. Kurangnya batasan ini juga membuat seseorang kehilangan kendali atas waktunya sendiri, mengorbankan kebutuhan pribadi, dan pada akhirnya merasa kewalahan serta kelelahan.
5.Ketidakseimbangan dalam hubungan
People pleaser sering kali terjebak dalam hubungan yang tidak sehat karena mereka lebih fokus pada kebahagiaan orang lain dibandingkan kebutuhannya sendiri. Sikap ini dapat menciptakan dinamika yang tidak seimbang, di mana mereka terus memberi tanpa menerima hal yang setimpal. Akibatnya, people pleaser sering kali merasa tidak dihargai dan terjebak dalam hubungan yang merugikan dirinya sendiri.
Cara Mengatasi People Pleaser Berlebihan
Jika Anda merasa memiliki kebiasaan ini, berikut beberapa cara untuk mengatasinya:
1.Sadari dan Akui Kebiasaan Ini
Langkah pertama adalah menyadari bahwa perilaku people pleaser sudah berlebihan. Cobalah untuk mengevaluasi diri dan catat situasi di mana Anda merasa terpaksa menyenangkan orang lain.
2.Belajar Berkata “Tidak” dengan Tegas
Mengatakan “tidak” bukan berarti Anda egois. Justru, ini adalah bentuk menghargai diri sendiri. Mulailah menolak dengan cara sopan namun tegas. Contoh:
"Maaf, saya tidak bisa bantu saat ini, karena ada pekerjaan yang harus saya selesaikan."