
Zetizen-Dalam perkembangan industri kreatif, desain itu bukan hanya tentang gambar dan logo lho! Masih ada elemen lain yang sangat penting, yakni font. Tahukah kamu kalau setiap aspek dalam kehidupan ini berhubungan dengan font? Mulai tulisan di HP, web browser, buku, papan reklame, sampai games. Yap, font adalah bentuk dari komunikasi karena bisa mengekspresikan keunikan, gaya, dan makna tertentu.
Font yang biasa kita lihat nggak terlepas dari peran font designer atau perancang huruf. Profesi font designer ada sejak 1450 lho! Seiring berkembangnya zaman, pembuatan font pun berkembang dari mengukir di logam menjadi mendesain pakai software. Yuk, simak cerita Gumpita Rahayu dan Irwan Cahya, para font designer kece tanah air! (elv/c12/rat)
Not for Profit Only!
”Font designer adalah ilmu disiplin yang cukup baru di Indonesia dan nggak sebanyak graphic designer. Thankfully saat ini udah banyak perusahaan yang aware sama pentingnya tipografi sehingga peran font designer semakin dibutuhkan. Sebenarnya font designer di Indonesia sudah sangat banyak. Kalau dilihat di luc.devroye.org, ada sekitar 100 orang yang memang serius di bidang ini atau pernah menerbitkan font di internet. Tapi, memang nggak banyak font designer yang muncul di ”permukaan”.
Oh iya, font designer itu nggak melulu cari untung lho. Banyak orang yang jadi font designer tanpa mendalami ilmunya dulu. Alasannya karena proses cepat, pendapatan lumayan karena dibayar dolar, ada market khusus di luar negeri, dan demand tinggi. Padahal, soal proses cepat, itu nggak benar. Menurut pengalamanku, prosesnya cukup panjang dari planning sampai produksi. Sayang banget sih kalau nggak mendalami ilmu dan dasar font design karena hal itu jadi fundamental kita waktu bikin font.
Baca juga:
Giving Back to Society
|
Banyak platform yang menawarkan belajar font design. Misalnya, Kickstarter dan LinkedIn Learning. Kalau di luar negeri, sudah banyak studi yang fokus dalam font design. Sementara itu, di Indonesia tipografi masih tergabung dalam jurusan desain komunikasi visual. Aku berharap ada lebih banyak studi yang fokus pada font design. Sebab, semakin banyak pelaku font design, industri Indonesia juga akan semakin berkembang.’’
Bisa Dipakai untuk Project Besar
”Menurutku, font sangat membantu untuk menyampaikan pesan kepada target market. Sebab, sebuah style font bisa membantu desainer untuk mengomunikasikan maksud dari produk yang dibuat dengan lebih mudah. Inspirasi untuk membuat font bisa ditemukan di mana saja dari barang di sekitar kita. Bisa juga cari di Google, Pinterest, atau marketplace font. Kalau sudah ketemu style yang disuka, kita bisa mulai mendesain, tapi jangan meniru ya!
Font pertama yang aku buat adalah swipe race yang terinspirasi dari otomotif. Bentuknya terbilang kaku dan ada beberapa bagian yang tajam biar terkesan racing dan futuristis. Font ini dibeli di bulan yang sama dengan lisensi broadcast. Sebenarnya nggak nyangka juga sih font pertama yang aku buat bisa dipakai untuk film besar seperti Space Sweepers (2021) yang bintangi artis papan atas dari Korea Selatan seperti Song Joong-ki dan Kim Tae-ri. Semenjak itu, aku terus bikin berbagai font.
Baca juga:
When Foodie Meets Technology
|
Kalau kamu bukan dari jurusan desain grafis,,jangan khawatir! Aku juga bukan lulusan desain grafis. Awalnya, aku suka gambar. Aku cari tutorial dan tanya teman-teman yang sudah tahu. Skill bisa dikembangkan sambil jalan kok, asal niat mau belajar dan tekun. Sekarang udah banyak platform buat belajar. Misalnya, komunitas Belfont (Belajar Bikin Font) di Facebook dimana banyak anggota profesional yang bisa membimbing kita. Beranilah untuk mencoba! Siapa tahu kamu punya skill unik dan berbeda yang bisa menambah variasi di dunia kreatif.
Know the Basic
Zetizen-Tertarik mencoba berkarir sebagai font designer? Berikut beberapa hal dasar yang perlu kamu ketahui biar nggak bingung ketika mulai belajar. Take a note! (elv/c12/rat)
Kalian pernah melihat font yang mirip, tapi beda nama? Ternyata pembuatan font itu nggak selalu dari nol. Oleh karena itu, dunia font design rawan plagiasi. Tapi, sebelum mengecap plagiat, kamu perlu tahu beberapa istilah. Kalau font tersebut direct copy dari yang sudah ada dan hanya di-rename, berarti termasuk plagiat. Begitu juga dengan karya turunan dari font yang sudah ada, hanya diubah sedikit seperti setelan spacing dan ujungnya.
Nah, yang nggak termasuk plagiarisme itu kalau bikin similar font. Sebab, kalau suatu font dibuat desainer yang berbeda, feel -nya pasti juga beda! Biasanya, similar font dikaitkan dengan istilah historic revival di mana font dari desainer tradisional, misalnya dari tahun 1980, didesain ulang menjadi lebih modern. Perbanyak referensi dan selalu hati-hati saat bikin font ya!