zetizen

Jadi Pahlawan Masa Kini dengan Prestasi

Get A Life

Frau

Tak Sampingkan Pendidikan Demi Hobi di Industri Musik 

Frau (foto: instagram)

 

Berbekal dentingan piano sendu dari Leilani Hermiasih dan piano yang dinamai Oskar. Lewat album perdananya, Starlit Carousel, yang berisikan enam track lagu tersebut Frau berhasil mendapat penghargaan sebagai 5 besar Album Terbaik menurut versi jakartabeat.net. Tak hanya itu, Frau kembali mencuri perhatian pecinta musik dengan lewat lagunya I’m A Sir yang meraih penghargaan sebagai Top 5 Songs menurut Roland's Best Creative Commons Music Moments 2010 versi Phlow Magazine.

Musisi asal Jogja ini disebut-sebut sebagai musisi jenius. Tak hanya menyabet gelar Tokoh Seni 2010 dari Majalah Tempo (2010) dan 20 Album Terbaik 2010 dari Majalah Rolling Stone Indonesia, Frau nggak mau kegiatan di dunia hiburan mengganggu pendidikannya. Setelah lulus dari Antropologi UGM, tahun 2013 dirinya memperoleh beasiswa pendidikan yang dikelola LPDP sebagai magister Antropologi Sosial (Ethnomusicology) di Queen's University Belfast, Kerajaan Inggris. Di universitas inilah Frau terlibat proyek penelitian ‘Mapping Belfast Musically’ dan ditampilkan dalam konferensi International Council of Traditional Music yang digelar pada Februari 2014 di Centre of Irish Studies, NUI Galway.

 

 

Maria Tri Sulistyani

Bawa Boneka Lebih Dewasa 

Maria dan karyanya. (foto: Instagram)

 

Kalau kamu sempat menonton film Ada Apa Dengan Cinta 2 ketika Rangga dan Cinta menghabiskan malam berkeliling Jogja, kamu pasti tahu tentang pentas Papermoon Puppet Theatre. Yap, pertunjukan boneka ini disutradarai oleh Maria Tri Sulistyani yang sempat meraih gelar Empowering Women Artists dari Kelola, Hivos and Ford Foundation pada 2011. Pertunjukan boneka yang biasa ditampilkan untuk anak-anak, dikemas dengan kisah cinta ala Ria yang dapat disaksikan orang dewasa.

Oh ya, Pertunjukan boneka Papermoon Puppet Theatre ini nggak akan kamu temkan di tempat pertunjukan biasa, namun akan dipentaskan di sebuah toko barang antik di Yogyakarta. Biasanya, Ria akan membawakan cerita bonekanya berdasarkan kehidupan nyata dan nggak segan membawakan isu politik. Fyi, teater boneka ini nggak hanya punya penggemar di Indonesia tuh, tapi juga hits dipentaskan di berbagai negara seperti Vietnam, Malaysia, Singapura, India, Korea Selatan, Jepang, hingga Amerika Serikat.

 

 

Dea Valencia

Desain Batik Hingga Negeri Seberang

Dea saat menampilkan karyanya. (foto: Instagram)

Sebagai anak muda atau seumuran dengan Dea, style baju monokrom yang sedang hits udah pasti jadi OOTD andalan. Tapi, bagi cewek berusia 22 tahun ini, batik justru menjadi outfit kebanggaannya. Selain itu, lewat batik kultur juga, Dea mampu menjadi pengusaha sukses. Kesukaannya dalam memadu padankan batik lawas sejak usia 16 tahun akhirnya membawa Dea mendesain sendiri produk batiknya.

 Padahal, bakat style atau marketing sama sekali nggak dimiliki Dea. Tapi, berbekal sarjana Sistem Informasi Universitas Multimedia Nusantara, Dea memanfaatkan kekuatan internet sebagai ide pemasarannya dan menggunakan Facebook hingga Instagram sebagai katalognya. Berbagai hasil produksi untuk pelanggannya mulai dari daerah Jakarta, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Norwegia, Jepang, Belanda, Jerman ini ternyata nggak hanya memberdayakan karyawan biasa tapi beberapa diantaranya merupakan penyandang difabel.

Halaman: