zetizen

Selain Jakarta, 3 Kota Ini Juga Pernah Jadi Ibukota Indonesia Lho!

Get A Life

Mungkin banyak yang belum tahu nama kota ini, apalagi menyangka kalau kota ini pernah menjadi ibukota Indonesia. Tapi, ini fakta lho. Kota Bireuen di Aceh pernah menjadi ibukota Indonesia meski hanya dalam jangka waktu sangat singkat, yaitu satu minggu.

Pada 18 Juni 1948, Presiden Soekarno terpaksa mengungsi karena situasi di Yogyakarta nggak kondusif. Belanda terus menyerang. Secara diam-diam, Soekarno naik pesawat Dakota menuju Bireuen, Aceh, dan menjalankan pemerintahan darurat di sana.

Selama bertugas, Soekarno tinggal di meuligoe (kediaman Bupati Kabupaten Bireuen). Dia disambut baik oleh pejabat dan rakyat setempat. Selain itu, Soekarno juga sempat berpidato di sana agar masyarakat Indonesia tetap semangat mempertahankan kemerdekaan sebelum dia kembali ke Yogyakarta saat keadaan sudah mulai membaik.

#3 Bukittinggi, Sumatera Barat 

Jam Gadang, Bukittinggi

Jam Gadang, ikon kota Bukittinggi (Foto: Twitter)

 

Setelah menduduki Jakarta, lama-lama Belanda (di bawah nama NICA) tahu tentang kepindahan ibukota Indonesia ke Yogyakarta. Hal ini pun membuat mereka marah dan menyusun rencana untuk menyerang Yogyakarta. Agresi Militer II yang mereka jalankan pada 19 Desember 1948 sukses besar. Mereka berhasil mengambil alih Yogyakarta serta menangkap Soekarno, Wakil Presiden M. Hatta, dan beberapa pejabat lain.

Syafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI sekaligus pemangku jabatan Presiden Sementara RI (Foto: Wikipedia)

 

Sesaat sebelum ditangkap, Presiden Soekarno memberi mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk dan memimpin PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) yang berkedudukan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Hal ini memang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebagai antisipasi apabila para petinggi pemerintahan RI ditangkap lawan.

PDRI berlangsung pada 22 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949. PDRI dibentuk untuk menunjukkan kepada Belanda bahwa NKRI masih berdiri meski para pemimpinnya di Jawa sudah ditangkap. Dalam menjalankan tugasnya, PDRI harus ekstra hati-hati dan terus bergerak agar keberadaan mereka nggak terdeteksi Belanda.


Suasana Perjanjian Roem-Royen di Hotel Des Indes, Jakarta (Foto: jagosejarah)

 

Halaman: