zetizen

The Art of Visual Story Telling

Trend

Konsisten dan Know Yourself More!

Microblog itu cara baru membuat konten di Instagram. Hal ini menarik karena orang tetap dapat mengakses informasi dengan lebih ringkas dan kekinian. Apalagi, sekarang orang lebih aktif di medsos daripada mengakses blog sehingga jangkauannya akan lebih luas. Biasanya, microblog di Instagram hadir dengan visual menarik
sehingga ada alasan tersendiri kenapa orang-orang lebih memilih microblog daripada blog konvensional.

Tahun lalu, tren medsos fokus pada marketing dan cara terbaik untuk menyampaikannya ya melalui microblog. Sebenarnya, mircroblog bisa dilakukan di story, tapi kan hanya available 24 jam. Kalau disimpan di highlight, ya nggak tahan lama. Artinya, jangkauan story sangat terbatas, beda dengan feeds carousel yang peluang masuk explore -nya juga lebih besar

Tantangan microblogging lumayan besar lho. Namanya juga industri kreatif, mulai banyak saingannya. Apalagi, kalau merasa kontennya biasa, pasti gampang burnout.
Kuncinya adalah knowing yourself more. Kalau udah merasa seperti itu, istirahat sebentar. Aku paling suka me time untuk beberapa waktu. Dengan begitu, energiku
cepat kembali dengan ide-ide yang lebih fresh lagi dan siap dieksekusi.

Jadi sebenarnya, momentum itu datang pada saat kita sudah siap. Artinya, sebelum kita menuntut untuk punya ide agar bisa menarik audience yang lebih banyak, kita
dulu nih yang harus lebih siap untuk menjaga konsistensi dalam membuat konten. Asalkan kita tetap konsisten menggunakan prinsip learning by doing, walaupun kelihatannya sulit, kalau kita cinta sama apa yang sudah kita kerjakan, pasti akan lebih mudah dari apa yang dibayangkan.’’

Siauw Andreas (IG: @siauwandreas)

Challenging, tapi Semua Pasti Bisa

Awalnya, aku cuma mau sharing value ke teman-teman sekaligus membangun personal branding lewat Instagram karena akunku semakin dikenal sejak microblogging tujuh bulan lalu. Nggak harus jadi expert di bidangnya kok! Kita hanya perlu tahu apa yang dibutuhin audience, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu? Mulai aja dengan sharing hal-hal yang pernah kita lakukan. Jadi, microblogging nggak akan sulit.

Bagian paling favorit untuk menjadi seorang microblogger adalah saat menerima komen, ”Terima kasih, Kak. Kontennya bermanfaat”. Wah, rasanya luar biasa! Berarti kontenku bisa membantu orang tersebut. Walaupun kadang ada aja momen yang nggak mendukung. Misalnya, pada saat kita merasa idenya menarik, ternyata orang-orang-nggak bisa menerima dengan baik. Ya merasa gagal, tapi tidak berarti stop untuk membuat konten lain.

Instagram itu sebenarnya platform yang challenging. Secara teknis, kita nggak harus jago desain. Apalagi, sekarang banyak teknologi yang memudahkan. Buktinya, ada juga yang berhasil viral hanya dengan memotret tulisannya di kertas. Selama konten kita relevan dengan audience, artinya kita sudah berhasil membuat microblog.

Banyak kok cara untuk mengoptimalkan Instagram supaya konten yang kamu bangun bisa dikenal. Selain memperhatikan algoritma lewat hashtag dan fitur lain seperti IGTV, mengajak microblogger lain yang satu niche untuk kolaborasi itu sudah bonus relasi di lingkungan microblog Instagram. Selama kamu mau berusaha, nggak ada yang nggak mungkin kok.”

Halaman: