
Tahun 1960-an bisa dibilang masa-masa paling mencekam bagi penduduk Amerika Serikat karena tingkat peperangan dan konflik internasional yang tinggi. Hal ini secara tidak langsung telah memengaruhi efek psikologis warga negaranya yang menimbulkan rasa takut, cemas, dan ketidakpastian di tengah kondisi perang yang semakin memburuk. Pada masa ini, para pemuda melahirkan sebuah budaya tanding (counterculture) yang terbentuk di komunitas seperti Bohemianisme, Romantisisme, hingga kelompok Hippie yang merupakan perlawanan dari budaya mainstream sehingga membentuk pola pikir, budaya, dan seni yang mereka yakini.
Melalui semangat aksi perdamaian dan gaya santai yang dibawa para pemuda Hippie, mereka beramai-ramai berkumpul untuk mengangkat isu-isu seputar kesenjangan sosial, ancaman nuklir, dan diskriminasi rasial yang diangkat menjadi salah satu agenda dalam gerakan yang dilakukan generasi flower generation ini. Gerakan ini semakin luas dan berkembang seiring dengan semangat yang mereka bawakan dalam semboyan ”fight with flower’’ yang melambangkan kelembutan.Sederhananya, para generasi bunga ini mencoba untuk merepresentasikan kehidupan yang bebas, menyatu dengan alam, dan menciptakan perdamaian.
Corak gerakan mereka juga terlihat dari pakaian bergaya bohemian yang khas dengan pakaian model loose, motif yang dipengaruhi abad pertengahan, dan sentuhan etnik yang ditunjukkan dengan baju berhias fringe atau renda. Gaya pakaian bohemian merepresentasikan sifat para pemuda yang santai, lembut, dan datang untuk membawa perdamaian.