
"Itu. Ada Kakek-kakek. Kamu lagi dapet ya?" tanyanya skeptis.
"Iya, kenapa?"
"Tadi bocor di kasur hotel kan?"
Tiba-tiba aku merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang dalam perutku. Campuran antara rasa takut dan kaget itu pun langsung membawaku untuk menyadari bahwa sedari tadi, ada "teman" baru yang menumpang di punggungku.
"Beliau minta kamu buat bersihin kasurnya," sambung si teman indigo tadi.
Masih tercengang, aku mencoba mencerna penjelasannya. Bisakah kamu bayangkan kalau ada "hal lain" yang nangkring di punggungmu selama satu hari penuh? Bahkan aku sendiri nggak bisa mendeskripsikan perasaanku saat itu. "Tapi, aku bilang nggak bisa. Kita udah mau pulang," kata temanku dengan sikap tenang.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanyaku tanpa suara, penuh ketakutan, dan seolah dibawah tekanan. Tengkukku semakin meremang. Tubuhku mematung diam, membayangkan ada seseorang tak kasat mata yang sedari tadi memeluk leherku dan menempel di punggungku. "Satu-satunya cara biar beliau pergi, kamu harus minta maaf ke beliau," jawabnya.