
"Space, the final frontier" -
Zetizen.com - Sejak peradaban pertama muncul di Bumi, manusia selalu berusaha mengeksplorasi tempat baru. Penjelajahan Napoleon, Columbus, dan tokoh-tokoh besar lainnya jadi bukti yang nggak terbantahkan.
Maka nggak heran, saat seluruh penjuru bumi udah dipetakan, manusia pun mengalihkan pandangannya ke bintang-bintang. Namun, beda dengan penjelajahan dunia sebelumnya, banyak banget hal yang harus dipersiapkan untuk penjelajahan antariksa.
Apalagi, rencana jangka panjangnya adalah untuk memungkinkan manusia tinggal dan suatu saat bermigrasi ke luar angkasa, atau malah planet lain. Tantangan utamanya adalah gimana cara manusia bisa bertahan hidup di tempat yang super menantang kayak angkasa luar.
Baca juga:
Sebuah Surat Cinta- Bagian 1
|

Perlindungan Penuh dari Kondisi Vakum dan Radiasi
Tanpa perlindungan atmosfer, astronot bakal menghadapi lingkungan luar angkasa yang mematikan. Nggak ada udara dan medan magnetik bumi membuat astronot harus berada dalam struktur buatan yang melindungi mereka dari bahaya vakum dan radiasi.
Masalahnya, perlindungan radiasi yang benar-benar aman belum ditemukan. Meski udah berada di dalam baju astronot atau dinding pesawat dan statsiun antariksa, radiasi matahari masih bisa menembus dan mengenai tubuh astronot. Inilah kenapa astronot yang paling lama tinggal di luar angkasa, Scott Kelly, harus menjalani perawatan intensif setelah kembali ke bumi. Soalnya, setelah hampir satu tahun tinggal di stasiun luar angkasa internasional (ISS), astronot menerima hampir 24 kali lebih banyak radiasi berbahaya dibanding manusia bumi dalam setahun!
Makanya, untuk bisa tinggal di luar angkasa, perlu ditemukan sistem proteksi radiasi yang lebih baik dan tahan lama.
Sistem Pendukung Kehidupan yang Canggih
Di ISS, sistem pendukung kehidupan melibatkan sistem filtrasi udara canggih dan berbagai sistem daur ulang lainnya. Meski begitu, semua sistem ini hanya di desain untuk menampung 6 orang. Meski pernah ada sampai 13 orang yang singgah di ISS selama maksimal dua minggu.
Baca juga:
Penuh Lika-Liku Sampai ke Prancis
|
Jadi, kalau dibandingkan dengan kebutuhan hidup sebuah negara yang mungkin bakal dihuni ratusan atau bahkan ribuan orang, pastinya diperlukan juga sistem pendukung kehidupan yang jauh lebih canggih dan besar.

Suplai Makanan dan Logistik
Nah, kalau sistem pendukung kehidupan dan tempat tinggal astronot udah siap, maka selanjutnya, perlu ada sistem logistik yang memadai. Meski pada tahun 2015 kemarin astronot udah berhasil menumbuhkan makanan di orbit, tetap aja bentuknya hanya berupa sayur dan buah sederhana, yang nggak bisa diproduksi dalam jumlah banyak.
That's why, 6 orang yang tinggal di ISS terus mendapat suplai makanan secara rutin dari bumi. Suplai makanan ini diantar dengan berbagai cara. Misalnya, menggunakan pesawat ulang alik NASA yang saat ini udah pensiun, kapsul Soyuz milik Rusia, atau yang paling baru, kapsul Dragon dari SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk.
MEski begitu, satu kapsul logistik ini, terutama Soyuz, hanya mampu memuat beberapa orang, dengan jumlah kargo makanan dan air terbatas.