zetizen

BERDANSA dengan OMBAK

Career Coach

’’Apa menurutmu aku penari yang baik?’’ tanyanya kepada Ombak.

’’Tentu, Maria! Tarianmu begitu indah, begitu anggun. Itu adalah bakat dari Tuhan yang kamu asah baik-baik.’’

’’Tapi, kenapa akhir-akhir ini aku jadi begitu lelah? Jadwal menari semakin padat. Aku tidak bisa beristirahat, Ombak. Aku bekerja di sekolah tari dan mereka akan memotong gajiku bila aku menolak salah satu pertunjukannya!’’ curhat Maria geram. ’’Ada yang salah, Ombak. Banyak yang salah.’’

Berkat bakatnya, penampilan Maria selalu mengundang tepuk tangan. Kerja kerasnya memang patut diacungi jempol. Kata orang, Maria tumbuh sebagai sosok yang rendah hati dan menyenangkan. Tapi, kenapa semua pujian itu tak lantas membuat Maria bahagia?

Gadis penari tersebut rindu panggung pribadinya: tepi pantai. Di mana dia dibiarkan menari sendiri, menikmati sepi. Dia bisa menari berjam-berjam tanpa diusik orang lain. Sungguh, waktu itu, Maria rela memberikan apa saja demi bisa menari.

Sampai akhirnya, sebuah kecelakaan merenggut kemampuan itu darinya.

Maria tak lagi bisa menari.

Umurnya 25 tahun saat dia tersenyum hangat di pinggir pantai tiap malam Minggu. Dia duduk di kursi roda, hanyut dalam melodi-melodi yang dimainkan angin, sirene kapal pesiar dari kejauhan, dan kerlap-kerlip kejora di kejauhan sana. Apakah Maria bahagia?

’’Ombak… Ombak…’’ kali ini dia memanggil dengan tenang. ’’Apakah kamu masih mau berteman denganku?’’

’’Tentu, Maria. Kenapa aku harus meninggalkanmu?’’

’’Aku tidak bisa menari lagi. Kedua kakiku lumpuh. Tidak mungkin ada yang mau menerimaku. Tidak mungkin ada yang bangga lagi denganku.’’

Sejak mobilnya menabrak pohon, orang-orang bersyukur Maria selamat. Tapi sebenarnya, hati sang gadis penari ini sangat terluka. Kakinya tidak bisa digerakkan lagi. Dia pun diberhentikan dari sekolah tari karena tidak bisa mengajar lagi. Maria hanya bisa pasrah.

’’Apa Tuhan tidak sayang aku? Kenapa Ia membiarkanku hidup tanpa bisa menari lagi? Aku kehilangan pekerjaan. Aku bahkan kehilangan teman. Dear, Ombak… Apa arti semua ini?’’ ratapnya. Tetes air mata mulai terlihat di sudut matanya.

’’Tuhan menyayangimu, sahabatku,’’ ucap Ombak, ’’Setiap hal yang Ia izinkan terjadi dalam kehidupan ini bertujuan membentuk kita.’’

’’MANA BUKTINYA?!’’ bentak Maria.

Halaman: