
Baca juga:
E-Mail Bikin Bumi Rusak, Kok Bisa?
|
Lalu, bagaimana dengan Google Maps? Google Maps jelas menggunakan GPS dan satelit. Google punya lebih dari 180 satelit di luar angkasa. Dari satelit-satelit itu, kita bisa melihat daerah di mana pun. Misalnya, Zetizen Jakarta bisa melihat lokasi dan suasana Jepang. Kalau nggak ada satelit, gimana kita bisa tahu gambaran suatu daerah yang terkena bencana? Kita juga nggak bakal tahu perkiraan cuaca, video chat-an lewat Skype, dan lain-lain.
#3 Nggak Ada Gaya Gravitasi
Sejak SD, kita diajarkan kalau benda jatuh ke bawah karena ada gaya tarik bumi atau gaya gravitasi. Tapi, menurut Flat Earth Society, nggak mungkin ada gravitasi karena bumi itu datar. Menurut mereka, benda jatuh ke bawah karena ada perbedaan berat jenis antara benda dan udara. Coba buka buku fisika dan cari rumus berat jenis.
Rumusnya adalah s = mg/V
s = berat jenis (N/m³)
m = massa benda (kg)
g = gaya gravitasi (N/kg)
V = volume benda (m³)
Wow, perhitungan berat jenis butuh gravitasi loh! Butuh Aqua?
#4 Letak Matahari dan Bulan Berdekatan dengan Bumi
Teori bumi bulat menyatakan bahwa bumi adalah piringan dengan lingkaran arktik di pusat dan antartika berupa dinding es dengan ketinggian 150 kaki berada di pinggirannya. Siang dan malam bisa terjadi karena matahari dan bulan berada di atas bumi. Jaraknya hanya sekitar 51 km. Matahari dan bulan bergerak dalam pola lingkaran dengan jarak 4,8 km. Jadi, ibarat lampu sorot, matahari dan bulan menerangi bagian bumi yang berbeda dalam siklus 24 jam.
Biar gampang, ayo kita bahas pakai logika. Kulit luar dari matahari saja suhunya mencapai 7 juta derajat celcius. Kalau jaraknya cuma 51 km dari bumi, seharusnya matahari membakar semua yang ada di bawahnya dong.