
Meski jelas punya dedikasi tinggi pada dunia yang dicintainya itu, ternyata ada aja oknum yang nyinyir dan bilang Nabila sok pintar! ’’Sedih, ada juga yang nggak suka sama apa yang aku lakuin. Bahkan, ada yang ngerobek-robek buku favoritku, tapi nggak ada yang ngaku,’’ ungkapnya. Namun, kerja keras Nabila mengalahkan segalanya. Dengan semangatnya, dia bisa mengatasi semua masalah.
’’Menang atau kalah sebenarnya nggak terlalu penting buatku. Sebab, tujuanku mengikuti Zetizen National Challenge adalah bukan untuk menang, tapi untuk memotivasi teman-teman melakukan aksi positif dan terus melanjutkan aksi positif yang udah aku mulai,’’ tutur siswi SMAN 18 Surabaya tersebut. Cheers, Nabila!
Dwi Prastyo Nugroho, Universitas Negeri Malang
Mudahkan Tunanetra Belajar dengan Aplikasi Khusus
Berguna bagi orang lain selalu menjadi keinginan Dwi Prastyo Nugroho. Berawal dari rasa empati terhadap tukang pijat tunanetra langganan keluarganya, cowok yang akrab disapa Tio itu menggagas suatu aplikasi yang ditujukan untuk penderita tunanetra. Karena itulah, dia berhasil menjadi salah seorang finalis 5 besar Zetizen National Challenge dari Jawa Timur.
Aplikasi tersebut dinamai Kabituna, akronim dari kamus bahasa Indonesia untuk tunanetra. Yap, aplikasi itu emang berbentuk kamus bahasa Indonesia dengan basis Android. ’’Ide ini muncul ketika pak tukang pijatnya nggak paham istilah tertentu. Beliau kesulitan buat Googling akibat keterbatasannya. Aku jadi tertarik membuat aplikasi yang bisa memudahkan para tunanetra memahami istilah-istilah,’’ kata Tio.
Untuk mencari tunanetra guna melakukan uji coba, mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Negeri Malang tersebut pergi ke beberapa dinas sosial di Jatim, tepatnya di Malang dan Tulungagung. ’’Di sana aku mendapati beberapa tunanetra yang aktif menggunakan Android,’’ jelasnya. Eits, Tio sampai meraih penghargaan dari wali kota Tulungagung!

Banyak kesulitan yang Tio alami. Sebagai mahasiswa DKV, dia nggak banyak tahu tentang coding dan algoritma. Karena itu, dia membentuk tim. Dari sisi konten, Tio juga kesulitan ketika menemui kata-kata yang sulit didefinisikan. ’’Misalnya aja, warna. Target pengguna kami adalah tunanetra yang sulit memahami warna. Aku juga sulit memberikan pemaknaan warnanya,’’ ucapnya.
Yang jelas, saat ini Tio ingin mencari investor agar aplikasinya bisa menjadi start-up sukses dan bermanfaat. ’’Alhamdulillah, ada yang sedang tertarik jadi mitra. Ini masih aku perjuangkan,’’ tutur Tio. Meski menemui kesulitan, dia akan terus berusaha supaya Kabituna bisa segera digunakan tunanetra. Eh, kabarnya, minggu ini aplikasi Kabituna udah bisa diunduh di Play Store loh. Yuk, dukung dan nyobain!
Rizky Patria, SMA Ciputra Surabaya
Ciptakan Alat untuk Bantu Difabel Main Golf
Berkunjung ke panti difabel mungkin udah biasa. Tapi, membuat alat untuk membantu para difabel, itu baru unik. Yap, aksi positif tersebut datang dari Rizky Patria Wahyudi, siswa kelas XI SMA Ciputra Surabaya. Rizky menciptakan alat untuk membantu penderita gangguan keseimbangan bisa main golf lagi. Inovasi uniknya itu pun berhasil mengantarnya sebagai salah seorang Alpha Zetizen dari Jawa Timur.
Ide unik tersebut tercetus ketika dia exchange ke Kanada tahun lalu. ’’Host mom-ku ngajak ketemu pasiennya, David. Ternyata dia dulu pemain golf, tapi nggak bisa main lagi karena kehilangan keseimbangan akibat kecelakaan,’’ ungkap Rizky. Nggak pengin melihat orang lain kehilangan mimpi, Rizky menciptakan alat yang dapat membuat David bermain golf lagi. ’’Aku tersentuh. Karena aku juga main golf, aku tahu rasanya,’’ kata Rizky.
Berkat kerja sama dengan home sister-nya, terciptalah alat yang dinamainya Flexi Golf. Besi dipilih sebagai bahan utama. ’’Yang utama adalah pipa besi ukuran ¾ inci, plate setebal 3/8 inci, dua garage door spring, dan sadel sepeda. Aku membeli semua bahan-bahan yang aku butuhkan di toko hardware di Kanada,’’ jelas Rizky.