zetizen

Yuk, Kenalan dengan Alpha Zetizen 2017 dari Jawa Timur!

Zetizen National Challenge
Flexy Golf
Rizky saat membuat Flexi Golf di Kanada (Foto: dok. pribadi)

 

Karena bahannya banyak dan mahal, Rizky menghabiskan sekitar CAD 500 atau Rp 5 jutaan. Tapi, niat baik pasti ada balasannya. Selain berhasil bikin David bisa main golf lagi, Flexi Golf itu menuai apresiasi besar. ’’Bersyukur banget. Aku dapet 7 penghargaan di science fair tingkat kota, 1 medali perunggu tingkat nasional Kanada, serta 2 beasiswa di University of Ottawa dan Western University,’’ ujarnya.

Namun, karena alat itu diciptakannya buat David, Rizky meninggalkan Flexi Golf-nya di Kanada ketika balik ke Indonesia Juli lalu. Di sini Rizky pun berjanji tetap mengembangkan penemuannya tersebut. Bahkan, kalau bisa, dia ingin alat ciptaannya berguna untuk kalangan lebih luas.

’’Membuat Flexi Golf di sini lebih sulit karena bahan-bahannya nggak selengkap di Kanada. Tapi, sekarang aku sedang berusaha mengembangkan alat ini biar bisa digunakan bukan cuma buat golf, tapi juga untuk membantu setiap penderita vestibular disorders beraktivitas,’’ tuturnya.

 

Azmi Izuddin, SMA Muhammadiyah 10 Surabaya

Sebar Manfaat Bangun Pagi

Bagi remaja zaman sekarang, bangun pagi mungkin susah dilakukan. Apalagi kalau suka begadang dan nongkrong bareng teman-teman. Nah, agar teman-temannya terbiasa bangun pagi, Azmi Izuddin mendirikan organisasi Gerakan Pelajar Subuh Berjamaah (GPSB). Gebrakan itulah yang mengantar Azmi menjadi finalis 5 besar Zetizen National Challenge dari Jawa Timur.

GPSB mulai digagas Azmi pada awal 2017. Kebetulan, waktu itu dia menjabat ketua OSIS di sekolahnya. ’’Aku buat gerakan ini karena pelajar biasanya sulit bangun pagi. Aku juga prihatin melihat masjid yang biasanya sepi ketika salat Subuh,’’ ungkapnya. Karena itu, dia mengajak teman-teman sekolahnya mulai salat Subuh berjamaah.

Lambat laun, GPSB ternyata direspons positif oleh berbagai pihak hingga bisa menggandeng sekolah-sekolah lain. ’’Sekarang banyak pelajar dari sekolah lain yang bergabung. Jadi, salatnya bukan cuma di masjid SMA-ku, tapi juga di masjid-masjid lain,’’ ujar Azmi.

Gerakan Pelajar Subuh Berjamaah (GPSB)
Azmi mengajak pelajar beraksi positif sejak pagi (Foto: dok. pribadi)

 

Nah, menurut Azmi, banyak hal positif yang bisa diperoleh dari mengikuti GPSB. Bukan hanya dari sisi agama, banyak pula kebaikan lain dari bangun pagi. ’’Kegiatan kami nggak hanya mengajak salat Subuh, tapi juga kegiatan positif lain. Misalnya, membantu orang tua dan menyiapkan pelajaran agar nggak tergesa-gesa,’’ jelasnya.

Yap, di samping melaksanakan ibadah salat, GPSB sering melakukan diskusi hingga bakti sosial. Misalnya, diskusi bersama setelah salat Tahajud atau bagi-bagi sahur di jalan pada Ramadan lalu. Tentu aja, pelajar nggak akan telat berangkat ke sekolah karena udah bangun dan beraktivitas pada pagi hari.

Karena itulah, tujuan didirikannya GPSB ini nggak hanya mengingatkan kewajiban menunaikan salat Subuh, tapi juga membentuk karakter pelajar yang budiman. ’’Makanya, biasanya anggota GPSB nggak boleh tidur setelah salat Subuh. Sebaiknya mengerjakan hal lain yang positif,’’ tutur cowok yang tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyah sejak kelas VII tersebut.

Azmi ingin gerakan itu bisa lebih luas diperkenalkan di kalangan pelajar. Sebab, menurut dia, gerakan tersebut sangat bermanfaat bagi pelajar, terutama karena banyaknya pelajar yang sulit bangun pagi. ’’Aku ingin bisa bekerja sama dengan pemerintah atau lembaga karena GPSB kan sesuai dengan arah kebijakan Mendikbud, yaitu pendidikan karakter,’’ terang Azmi.

 

Halaman: