
“Tepuk tangan? Nggak ada tuh, Mas. Salah denger kali lo,” jawab salah seorang dari mereka.
Masa iya ada anak kampung yang main di balik pohon-pohon bambu itu di malam yang gelap begini?
Ah, saya nggak mau berpikir macam-macam. Saya cuman pengin segera santai.
Anehnya, hanya beberapa saja dari kami yang mendengar suara tepuk tangan tersebut (setelah kami saling bercerita keesokan harinya). Padahal, suaranya cukup nyaring terdengar di telinga saya. Mustahil rasanya kalau ada yang nggak mendengar. Apalagi keadaan saat itu begitu sunyi dan mesin mobil sudah dimatikan.
***
Dan tanpa saya sadari, bersamaan dengan saya mendengar suara tepuk tangan, ternyata dua orang tim kami juga melihat sesosok makhluk yang terus menerus mengitari kami dari balik pohon bambu! Suara-suara khas ranting dan daun kering yang terinjak juga mereka dengar bersamaan dengan bergeraknya sosok tersebut.
Lagi dan lagi, hanya mereka berdua saja yang melihat dan mendengar (ini juga hasil kroscek keesokan harinya). Anggota tim yang lain seakan dibutakan sesaat.
Entah karena terlalu terkejut atau memang nggak sanggup lagi berkata-kata, keduanya memilih diam. Tak ada satupun dari mereka yang memberitahu kepada anggota yang lain, termasuk saya, tentang apa yang sedang mereka lihat.